Menjadi anak seorang guru di sebuah kecamatan kecil adalah kehormatan sekaligus beban. Begitu pula yang dirasakan Naka, yang tumbuh di bawah bayang-bayang nama baik ayahnya, seorang kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah setempat. Di tengah penghormatan masyarakat terhadap keluarganya, Naka harus menjalani masa remaja dengan tekanan sosial yang tak biasa.