img-detail

Ilustrasi

Rere suka memutar musik disela-sela kesibukannya, nyaris semua lagunya bergenre mellow. Rere tidak pernah memilih lagu apa yang akan di putarnya untuk menemani beragam kegiatannya. Namun, saat dia bersantai ingin memutar lagu hanya menuliskan “lagu cocok untuk santai” dikolom pencarian.

Bukan hanya bersantai, saat bekerja Rere pun selalu memulai pekerjaannya dengan memutar lagu menggunakan keyword “lagu santai cocok untuk bekerja”. Keyword yang selalu dituliskan di kolom pencarian selalu merekomendasikan lagu-lagu genre mellow hingga galbrut [galau brutal] -bahasa kerennya anak jaman sekarang.

Hingga kini, lagu-lagu yang sering muncul diberanda utama Rere: Andaikan kau datang kembali, Mesin waktu, Tak ingin usai, Hati yang luka, Ku kira kau rumah dan masih banyak lagi.

Meski Rere bukan pribadi yang terlalu mendalami peran galau yang dimiliki oleh anak muda lainnya, dia mengakui menyukai lagu-lagu mellow yang menyayat hati karena tidak begitu berisik suaranya untuk masuk di telinga. Alih-alih lebih sopan didengarkan.

Pun saat Rere dihadang dua pilihan antara lagu mellow atau lagu gembira: dia lebih memilih menonton konser dengan lagu-lagu mellow, dibanding dengan menonton karnaval dengan sound jedag jedug yang dilengkapi gemerlap lampu sorot.

Saat menonton konser mellow yang mengingatkan kita kepada hal-hal yang menyakitkan, justru akan membuat semakin bersemangat dan menjadikan hari kemaren sebagai pembelajaran hari esok. Meski pada saat itu, keadaannya sedang baik-baik saja ucap Rere.

Jadi, bukan alasan utama Rere mendengarkan lagu-lagu galau karena hatinya sedang gunda gulana. Remaja 22 tahun itu hanya menyukai kumpulan-kumpulan lagu galau sebagai hiburan, dan enak untuk didengar.

Bukan hanya Rere. Jika kita perhatikan, dengarkan, dan mengetahui makna lebih dalam lagu-lagu yang selalu disuguhkan saat acara pernikahan di Bugis, jauh lebih banyak lagu dengan genre musik mellow.

Meski pernikahan dikaitkan dengan hari bahagia dan suasana yang menyenangkan bagi kedua mempelai. Masyarakat Bugis justru tidak akan tertinggal untuk melengkapi suasana dengan lagu-lagu sedih.

Beberapa lagu yang sering diputar diacara pernikahan di Bugis utamanya: Janji Mutaroe, lagu Bugis yang dipopulerkan oleh Tajuddin Noer. Lagu ini berkisah tentang seseorang yang telah berjanji, lalu meninggalkan kekasihnya dan menikah dengan gadis lain.

Dengan potongan lirik “Jancimu taroen sanre’ka mubelleakka. Kessippa adammu riwettu siolota. Agaro saba’na mulari jancimu, agaro saba’na nalemmu nyawamu”. [Janji yang kau tanamkan dustai aku, begitu manis perkataanmu saat kita bersama. Mengapa engkau tinggalkan janjimu, mengapa engkau begitu tega].

Selain itu lagu Bugis dengan judul La’rokong Tojengma’ Kapang, yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau. Lagu tersebut menggambarkan kisah hidup seseorang yang begitu merana karena cinta karena pujaan hatinya berpaling dan mengingkari janjinya.

Dengan potongan lirik“Ngapa tanu alle tommo nyawaku’ nasukku’ mange pamma’risinu ri nakke kodong, nale’ba’ mange pa’risi’ku sayang”. [Mengapa kau tak renggut pula nyawaku ini? Agar lengkap penderitaan yang kau berikan kepada diriku, dan usai pula derita yang kurasakan, sayang].

Hingga saat ini mengapa lagu galau begitu banyak didengarkan oleh orang-orang, dibanding dengan lagu-lagu yang mungkin memiliki lirik lebih bergembira?

Pernah dijelaskan oleh salah satu Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Laelatus Syifa bahwa menyukai lagu galau bukan berarti orang tersebut sedang merasakan sedih. Ada juga orang yang memiliki suasana hati baik-baik saja tetapi menikmati musik galau.

Karena pada dasarnya musik galau memiliki makna dan fungsi yang berbeda pada orang yang berbeda. Pun juga dengan suasana yang berbeda dimasing-masing orang yang mendengarkan.

Terkadang, musik galau dapat membantu individu menembus perasaan mati rasa dan memunculkan emosi yang kuat. Sehingga dapat memicu individu untuk berpikir reflektif tanpa adanya peristiwa negatif yang melatarbelakangi.

Selain itu, mendengarkan lagu galau dapat membangkitkan respon emosional. Musik galau menjadi media untuk katarsis atau pembersih diri dari perasaan negatif, karena mewakili apa yang dapat kita rasakan.

Lagu galau juga merupakan pilihan terbaik untuk mengekspresikan perasaan emosional yang muncul. Karena saat kita menghindari emosi yang muncul, jauh akan membuat diri kita akan merasa tidak tenang pun tidak nyaman. Maka cara untuk mengatasinya salah satunya dengan mendengarkan musik galau.

Tidak hanya cukup sampai disitu, banyak manfaat yang akan kita peroleh saat mendengarkan lagu-lagu bergenre mellow atau galau. Biasanya, orang-orang yang mendengarkan lagu galau akan terbenam pada lirik yang membuat seseorang merenung dan introspektif. Hal tersebut dapat memicu pendengar untuk melakukan refleksi diri, memahami diri hingga mengenali penyebab adanya emosi yang muncul pada diri sendiri. Sehingga dapat mencari cara untuk mengatasinya.

*Layaknya komentar netizen akan tayangan sinetron di televisi, meski menuai banyak pro dan kontra, bahwa lagu bergenre galau enak untuk didengar semua itu kembali kepada selera masing-masing setiap individu.

Penulis : Windy Ayu

Editor : Rendra Saputra

Ilustrasi : Azzam